Rabu, 01 Mei 2013


Kota Tanjung Balai Asahan


TANJUNG BALAI ASAHAN
Minggu, 28 April 2013
Sejarah Kerajaan Asahan dimulai dengan petan raja pertama kerajaan tersebut yang berlangsung meriah di sekitar Kampung Tanjung. Peristiwanoba penabalan raja pertama Kerajaan Asahan tersebut terjadi tepatnya pada tanggal 27 Desember 1620, dan tanggal 27 Desember kemudian ditetapkan sebagai “Hari Jadi Kota Tanjungbalai” dengan surat keputusan DPRD Kota Tanjungbalai Nomor : 4/DPRD/TB/1986 tanggal 25 Nopember 1986.

Mengenai asal-usul nama kota “Tanjungbalai” menurut cerita rakyat yang ada di Tanjungbalai bermula dari sebuah kampung yang ada di sekitar ujung tanjung di muara Sungai Silau dan aliran Sungai Asahan.

Lama kelamaan balai yang dibangun semakin ramai disinggahi karena tempatnya yang strategis sebagai bandar kecil tempat melintas ataupun orang-orang yang ingin berpergian ke hulu Sungai Silau. Tempat itu kemudian dinamai “Kampung Tanjung” dan orang lazim menyebutnya balai “Di Tanjung”

Ditemukannya Kampung Tanjung kemudian menjadikan daerah itu menjadi semakin ramai dan berkembang menjadi sebuah negeri. Penabalan Sultan Abdul Jalil sebagai raja pertama Kerajaan Asahan di Kampung Tanjung kemudian memulai sejarah pemerintahan Kerajaan Asahan pada tahun 1620.

Dalam catatan sejarah, Kerajaan Asahan pernah diperintah oleh delapan orang raja yang sejak raja pertama Sultan Abdu Jalil pada tahun 1620 sampai dengan Sultan Syaibun Abdul Jalil Rahmadsyah tahun 1933, yang kemudian mangkat pada tanggal 17 April 1980 di Medan dan dimakamkan di kompleks Mesjid Raya Tanjungbalai.

Pertumbuhan dan perkembangan Kota Tanjungbalai sejak didirikan sebagai Gementee berdasarkan Besluit G.G tanggal 27 Juni 1917 dengan Stbl 1917 No. 284, sebagai akibat dibukanya perkebunan-perkebunan di Daerah Sumatera Timur termasuk Daerah Asahan seperti H.A.P.M, SIPEF, London Sumatera (Lonsum) dan lain-lain, maka Kota Tanjungbalai sebagai kota pelabuhan dan pintu masuk ke daerah Asahan menjadi penting artinya perkembangan perekonomian Belanda.

Dengan telah berfungsinya jembatan Kisaran dan dibangunnya jalan kereta api Medan-Tanjungbalai, maka hasil-hasil dari perkebunan dapat lebih lancar disalurkan atau dieksport melalui Kota Pelabuhan Tanjungbalai.

Untuk memperlancar kegiatan perkebunan, maskapai-maskapai Belanda membuka kantor dagangannya di Kota Tanjungbalai antara lain : Kantor KPM, Borsumeij dan lain-lain, maka pada abad XX mulailah penduduk Bangsa Eropa tinggal menetap di Kota Tanjungbalai, Assisten Resident van Asahan berkedudukan di Tanjungbalai dan karena jabatannya bertindak sebagai Walikota dan Ketua Dewan (Voorzitter van den Gemeenteraad). Sebagai kota pelabuhan dan tempat kedudukan Assisten Resident Tanjungbalai juga merupakan tempat kedudukan Sultan 
ra� G e � ng berlangsung meriah disekitar kampung Tanjung. Peristiwa penabalan raja pertamakerajaan Asahan tersebut terjadi tepatnya pada tanggal 27 Desember 1620, dan tanggal27 Desember kemudian ditetapkan sebagai “Hari Jadi Kota Tanjungbalai” den-gan suratkeputusan DPRD Kota Tanjungbalai Nomor : 4/DPRD/TB/1986 Tanggal 25 November 1986.Mengenai asal usul nama kota “Tanjungbalai” menurut cerita rakyat yang ada diTanjungbalai bermula dari sebuah kampung yang ada disekitar ujung tanjung di muaraSungai Silau dan aliran Sungai Asahan.Lama kelamaan balai yang dibangun semakin ramai disinggahi karena tempatnya yangstrategis sebagai bandar kecil tempat melintas ataupun orang – orang yang ingin bepergian ke hulu Sungai Silau. Tampat itu kemudian dinamai “Kampung Tanjung” danorang lazim menyebutnya balai “Di Tanjung”.DitemukannyaKampung Tanjung kemudian menjadikan daerah itu menjadi semakinramai dan berkembang menjadi sebuah negeri. Penabalan Sultan Addul Jalil sebagai raja pertama Kerajaan Asahan di Kampung Tanjung kemudian memulai sejarah pemerintahanKerajaan Asahan pada tahun 1620.Dalam catatan sejarah, Kerajaan Asahan pernah diperintah oleh delapan orang raja yangsejak raja pertama Sultan Abdul Jalil pada tahun 1620 sampai dengan Sultan SyaibunAbdul JalilRahmadsyah tahun 1933, yang kemudian mangkat pada tanggal 17 April1980 di Medan dan di makamkan di kompleks Mesjid Raya Tanjungbalai.Pertumbuhan dan perkembangan Kota Tanjungbalai sejak didirikan sebagai Gementee berdasarkan Besluit G.G. tanggal 27 Juni 1917 dengan Stbl.1917 No. 284, se-bagaiakibat dibukanya perkebunan-perkebunan di derah Sumatera Timur termasuk daerahAsahan seperti H.A.P.M., SIPEF, London Sumatera (Lonsum) dan lain-lain, maka KotaTanjungbalai sebagai kota pelabuhan dan pintu masuk ke daerah Asahan menjadi pentingartinya bagi perkembangan perekonomian Belanda.Dengan telah berfungsinya jembatan Kisaran dan dibangunnya jalan kereta api Medan – Tanjungbalai, maka hasil-hasil dari perkebunan dapat lebih lancar disalurkan atau diekspor melalui kota pelabuhan Tanjungbalai.Untuk memperlancar kegiatan perkebunan, maskapai-maskapai Belanda membukakantor dagangnya di kota Tanjungbalai antara lain: kantor K.P.M., Borsumeij dan lain-lain, maka pada abad XX mulailah penduduk bangsa Eropa tinggal menetap di kotaTanjungbalai. Assisten Resident van Asahan berkedudukan di Tanjungbalai dan karena jabatannya bertindak sebagai Walikota dan Ketua Dewan (Voorzitter van den Gemeen-teraad).Sebagai kota pelabuhan dan tempat kedudukan Assisten Resident, Tanjungbalai jugamerupakan tempat kedudukan Sultan Kerajaan Asahan.Pada waktu Gementee Tanjungbalai didirikan atas Besluit G.G. tanggal 27 Juni 1917 No.284, luas wilayah Gementee Tanjungbalai adalah 106 Ha. Atas persetujuan BupatiAsahan melalui maklumat tanggal 11 Januari 1958 No. 260 daerah-daerah yangdikeluarkan (menurut Stbl. 1917 No. 641) dikembalikan pada batas semula, sehinggamenjadi seluas 200 Ha.

Kerajaan Asahan.

Pada waktu Gementee Tanjungbalai didirikan atas Besluit G.G tanggal 27 Juni 1917 No. 284, luas wilayah Gementee Tanjungbalai adalah 106 Ha. Atas persetujuan Bupati Asahan melalui maklumat tanggal 11 Januari 1958 No. 260 daerah-daerah yang dikeluarkan (menurut Stbl. 1917 No. 641) dikembalikan pada batas semula, sehingga menjadi seluas 200 Ha.

Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Darurat No. 9 Tahun 1956, Lembaran Negara 1956 No. 60 nama Hamintee Tanjungbalai diganti menjadi Kota Kecil Tanjungbalai dan jabatan Walikota Terpisah dari Bupati Asahan berdasarkan Surat Mentri Dalam Negeri tanggal 18 September 1956 No. UP 15/2/3. Selanjutnya dengan UU No. 1 Tahun 1957 nama Kota Kecil Tanjungbalai diganti menjadi Kotapraja Tanjungbalai.

Sementara itu tercatat pula 15 Kepala Daerah yang pernah memimpin Kota Tanjungbalai sejak tahun 1946 sampai sekarang yaitu :

* Abdullah Eteng (1946-1954)
* Rakoetta Sembiring (1954-1956)
* Dt. Edwarsyah Syamsura (1956-1958)
* Wan Asmayuddin (1958-1960)
* Zainal Abidin (1960-1965)
* Syaiful Alamsyah (1965-1967)
* Anwar Idris (1967-1970)
* Patuan Naga Nasution (1970-1975)
* H. Bahrum Damanik (1975-1980)
* Drs. H. Ibrahim Gani (1980-1985)
* Ir. H. Marsyal Hutagalung (1985-1990)
* H. Bachta Nizar Lubis, SH (1990-1995)
* Drs. H. Abdul Muis Dalimunthe (1995-2000)
* Dr. H. Sutrisno Hadi, Sp.OG (2000-2005), dan* Dr. H. Sutrisno Hadi, Sp.OG (2005-2011),
* Drs. H. Thamrin Munthe, M.Hum sebagai Wakil Walikota
* Drs. H. Thamrin Munthe, (2011- sampai dengan sekarang) dan
   Rolel Harahap Sebagai wakil walikota


Dari tahun ke tahun Kota Tanjungbalai terus berkembang, para pendatang dari berbagai tempat dengan tujuan untuk berdagang, kemudian men
* Mulkan Sinaga sebagai Wakil Walikota
etap di Tanjungbalai, sehingga kota ini telah menjadi kota yang berpenduduk padat.

Sebelum kota Tanjungbalai diperluas dari hanya 199 Ha(2 Km2) menjadi 60 Km2. Kota ini pernah menjadi kota terpadat di Asia Tenggara dengan jumlah penduduk lebih kurang 40.000 dengan kepadatan penduduk ± 20.000 jiwa/km2. Akhirnya Kota Tanjungbalai diperluas menjadi lebih kurang 60 Km2 dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 Tahun 1987, tentang perubahan Batas Wilayah Kota Tanjungbalai dan Kabupaten Asahan.

Berdasarkan SK Gubsu No. 146.1/3372/SK/1993 tanggal 28 Oktober 1993 desa dan kelurahan telah dimekarkan menjadi bertambah 5 desa dan 7 kelurahan persiapan sehingga menjadi 19 desa dan 11 kelurahan di Kota Tanjungbalai, dan berdasarkan Perda No. 23 Tahun 2001 seluruh desa yang ada telah berubah status menjadi 30 kelurahan.

Dengan keluarnya Perda Kota Tanjungbalai No. 4 Tahun 2005, tanggal 4 Agustus 2005 tentang pembentukan Kecamatan Datuk Bandar Timur dan Perda No. 3 Tahun 2006, tanggal 22 Pebruari 2006 tentang pembentukan Kelurahan Pantai Johor, maka wilayah Kota Tanjungbalai menjadi 6 kecamatan dan 31 kelurahan, adapun kecamatan yang ada di Kota Tanjungbalai adalah sebagai berikut :

1. Kecamatan Datuk Bandar
2. Kecamatan Datuk Bandar Timur
3. Kecamatan Tanjungbalai Selatan
4. Kecamatan Tanjungbalai Utara
5. Kecamatan Sei Tualang Raso
6. Kecamatan Teluk Nibung

Kota Tanjungbalai terletak di antara 2058’ LU dan 99048’ BT, dengan luas wilayah 60,529 KM2 (6.052,9 Ha) berada dikelilingi oleh wilayah Kabupaten Asahan dengan batas-batas sebagai berikut :

o Sebelah Selatan dengan Kecamatan Simpang Empat
o Sebelah Utara dengan Kecamatan Tanjungbalai
o Sebelah Timur dengan Kecamatan Sei Kepayang
o Sebelah Barat dengan Kecamatan Simpang Empat


Selama 366 tahun Tanjung Balai belum diketahui secara pasti kapan berdirinya, tetapi pada decade tahun 80-an telah diadakan penelitian baik dari sumber-sumber dan buku-buku sejarah maupun penuturan dari pada sesepuh masyarakat TanjungBalai, dan diperoleh kesimpulan bahwa Tanjungbalai didirikan pada tanggal 27 Desember 1620 yang dikukuhkan dengan keputusan DPRD Tingkat II kotamadya Tanjungbalai No.4/DPRD-TB/1986 tanggal 25 Desember 1986.

Untuk lebih memasyarakatkan lagi maka dari hari jadi kota Tanjungbalai yang ke – 391, panitia menyuguhkan kepada pembaca sejarah ringkas berdirinya Kota Tanjungbalai.
Pada acara ini juga di adakan Pesta kerang yang turut dihadiri oleh Walikota/wakil beserta Muspida plus kota tanjung balai.
Semoga Kota TanjungBalai tetap eksist dan tetap jaya sepanjang masa. 
sejarah tanjung balai  
Sejarah Singkat Kota Tanjung balai
Sejarah Kerajaan Asahan dimulai dengan penobatan raja pertama kerajaan tersebut yang berlangsung meriah disekitar kampung Tanjung. Peristiwa penabalan raja pertamakerajaan Asahan tersebut terjadi tepatnya pada tanggal 27 Desember 1620, dan tanggal27 Desember kemudian ditetapkan sebagai “Hari Jadi Kota Tanjungbalai” den-gan suratkeputusan DPRD Kota Tanjungbalai Nomor : 4/DPRD/TB/1986 Tanggal 25 November 1986.Mengenai asal usul nama kota “Tanjungbalai” menurut cerita rakyat yang ada diTanjungbalai bermula dari sebuah kampung yang ada disekitar ujung tanjung di muaraSungai Silau dan aliran Sungai Asahan.Lama kelamaan balai yang dibangun semakin ramai disinggahi karena tempatnya yangstrategis sebagai bandar kecil tempat melintas ataupun orang – orang yang ingin bepergian ke hulu Sungai Silau. Tampat itu kemudian dinamai “Kampung Tanjung” danorang lazim menyebutnya balai “Di Tanjung”.DitemukannyaKampung Tanjung kemudian menjadikan daerah itu menjadi semakinramai dan berkembang menjadi sebuah negeri. Penabalan Sultan Addul Jalil sebagai raja pertama Kerajaan Asahan di Kampung Tanjung kemudian memulai sejarah pemerintahanKerajaan Asahan pada tahun 1620.Dalam catatan sejarah, Kerajaan Asahan pernah diperintah oleh delapan orang raja yangsejak raja pertama Sultan Abdul Jalil pada tahun 1620 sampai dengan Sultan SyaibunAbdul JalilRahmadsyah tahun 1933, yang kemudian mangkat pada tanggal 17 April1980 di Medan dan di makamkan di kompleks Mesjid Raya Tanjungbalai.Pertumbuhan dan perkembangan Kota Tanjungbalai sejak didirikan sebagai Gementee berdasarkan Besluit G.G. tanggal 27 Juni 1917 dengan Stbl.1917 No. 284, se-bagaiakibat dibukanya perkebunan-perkebunan di derah Sumatera Timur termasuk daerahAsahan seperti H.A.P.M., SIPEF, London Sumatera (Lonsum) dan lain-lain, maka KotaTanjungbalai sebagai kota pelabuhan dan pintu masuk ke daerah Asahan menjadi pentingartinya bagi perkembangan perekonomian Belanda.Dengan telah berfungsinya jembatan Kisaran dan dibangunnya jalan kereta api Medan – Tanjungbalai, maka hasil-hasil dari perkebunan dapat lebih lancar disalurkan atau diekspor melalui kota pelabuhan Tanjungbalai.Untuk memperlancar kegiatan perkebunan, maskapai-maskapai Belanda membukakantor dagangnya di kota Tanjungbalai antara lain: kantor K.P.M., Borsumeij dan lain-lain, maka pada abad XX mulailah penduduk bangsa Eropa tinggal menetap di kotaTanjungbalai. Assisten Resident van Asahan berkedudukan di Tanjungbalai dan karena jabatannya bertindak sebagai Walikota dan Ketua Dewan (Voorzitter van den Gemeen-teraad).Sebagai kota pelabuhan dan tempat kedudukan Assisten Resident, Tanjungbalai jugamerupakan tempat kedudukan Sultan Kerajaan Asahan.Pada waktu Gementee Tanjungbalai didirikan atas Besluit G.G. tanggal 27 Juni 1917 No.284, luas wilayah Gementee Tanjungbalai adalah 106 Ha. Atas persetujuan BupatiAsahan melalui maklumat tanggal 11 Januari 1958 No. 260 daerah-daerah yangdikeluarkan (menurut Stbl. 1917 No. 641) dikembalikan pada batas semula, sehinggamenjadi seluas 200 Ha.